ANA: Always Next Arrow
Bismillah…
Ada satu hal yang terus jadi pengingat untuk saya saat memanah.
Setelah anak panah dilepas, apapun hasilnya, baik itu tepat ke sasaran maupun tidak bukanlah yang utama. Yang lebih penting adalah persiapan untuk anak panah selanjutnya.
Saya menyebutnya ANA: Always Next Arrow.
Untuk saya prinsip ini berlaku juga dalam berusaha. Tidak berhasil closing deal? Lanjut ke next deal. Project-nya sukses? Lanjut ke next project.
Client dengan transaksi besar berhenti berlangganan? Next client. Client puas dan merekomendasikan client baru? Next client juga.
Intinya langsung move on. Lanjut. Next. ANA.
Sesuatu itu berhasil atau tidak bukan yang utama. Berhasil kita bersyukur, tidak berhasil kita bersabar. Keduanya bisa kita ambil pelajaran. Setelah itu? Keduanya akan sama: Next.
Hampir semua mazhab panahan juga mengajarkan kita untuk mengucap “Alhamdulillah” ketika anak panah tepat sasaran. Karena yang membuatnya tepat sasaran bukanlah si pemanah. Dan tetap bersabar jika anak panah tidak tepat sasaran.
Dalam panduan militer yang ditulis pada tahun 1673 oleh Gao Ying juga mengatakan, apapun hasilnya, balik lagi ke postur untuk bersiap ke anak panah selanjutnya.
Sebuah studi di Sydney University selama 16 tahun dan melibatkan 14000 orang juga membuktikan, bahwa pada dasarnya manusia bisa beradaptasi dengan baik terhadap “event besar” dalam hidup, seperti kematian, penyakit, bencana, wabah, dll.
Kita akan kembali ke kondisi awal lagi pasca adanya kejadian yang mengguncang. Kita akan bahagia lagi setelah move on.
Prinsip yang sama juga ada dalam hidup. Dunia saat ini juga bukan yang utama, ada kehidupan selanjutnya yang menanti.
Jangan menghabiskan waktu bergumul dalam kesedihan atau lalai dalam kesenangan, segera berbenah dan bergerak.
Sakitnya mungkin nyata, tapi menderita itu pilihan. Kemudahan mungkin ada, tapi berpuas diri itu keputusan.
Al-Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- mengatakan:
“Menyia-nyiakan waktu lebih buruk daripada kematian. Karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sementara kematian hanya akan memutuskanmu dari dunia dan penghuninya”
Al-Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah-
[Al-Fawaid : 458]
min
read